Selasa, 20 Maret 2018

Pendidikan Karakter : Memasak Ugahari Menghargai Kehidupan

Hasil Kreasi Memasak Ugahari "Getuk Singkong" 
Karakter, salah satu issue penting dalam dunia pendidikan. Apalagi dalam Kurikulum 2013 juga didengungkan karakter abad 21. Pendidikan karakter diupayakan masuk dalam seluruh mata pelajaran. Sekolah dapat juga menambahkan jam pelajaran tersendiri untuk pendidikan karakter, terutama untuk sekolah yang rentang waktu belajar cukup lama, lebih dari 7 jam atau dikenal dengan full day school. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengisi jam pelajaran karakter. Salah satunya adalah memasak. Memasak dilakukan secara kelompok dengan tema ‘memasak ugahari’. Karena waktu yang terbatas, siswa memasak kudapan (snack). Bahan-bahan utama menggunakan bahan pangan tradisional untuk mengangkat kearifan lokal. Pilihan bahan pangan yang akan dimasak adalah singkong, beras, ubi, jagung, dan beras ketan. Kelompok dapat menggunakan bahan asli atau yang sudah dalam bentuk tepung. Dalam kegiatan ini siswa ditantang untuk membuat olahan yang kreatif, inovatif,
dengan tetap mengutamakan prinsip ugahari. Ugahari mempunyai arti keserhanaan, secukupnya, tidak membuang-buang, mengupayakan yang ada, tidak berlebihan. Dengan memasak ugahari ditanamkan karakter agar siswa perlu berjuang untuk memasak dari bahan-bahan mentah dan setelah matang seluruh  siswa wajib menghabiskan makanan yang sudah dibuat.

Siswa-siswa cukup kreatif dalam membuat menu makanan. Ada yang membuat jajanan pasar yang sudah umum dibuat dengan beberapa inovasi. Jajanan pasar tradisional seperti klepon, candil, bubur ketan hitam, ubi goreng dan lain-lain. Beberapa inovasi dari bahan utama beras pada beberapa kelompok berikut:
  1. kelompok yang mengolah menjadi bubur ayam dengan telor setengah matang dengan bahan utama beras,
  2. kelompok yang membuat bubur sumsum dari tepung beras
  3. kelompok yang mengolah beras menjadi nasi dan membentuk seperti sushi , tetapi sushi dengan cita rasa local, karena diisi dengan teri dan sambal, mereka menyebutnya ‘sego gulung’.
Inovasi bahan juga tampak pada jagung, ada yang mengolah menjadi pudding jagung aneka rasa dari tepung jagung, dan kelompok yang membuat kudapan jagung bakar special dengan bahan utama jagung.

Selain inovasi jenis kudapan yang dimasak, siswa dalam kelompok juga memikirkan penyajian kudapan yang sudah matang (plating). Atau jika digabungkan dengan mata pelajaran ekonomi atau kewirausahaan entrepreneurship dapat juga dipikirkan kemasan packaging dan label atau merk untuk dijual.

Contoh keativitas siswa yang muncul dari penyajian adalah kelompok dari bahan singkong. Mereka membuat kudapan yang cukup umum yaitu gethuk singkong dengan isi gula merah dan keju dan kripik singkong. Yang menjadi menarik adalah gethuk singkong dibuat cetakan seperti ikan dengan sisiknya dari kripik singkong. Dengan penyajian yang kreatif, pertama kali melihat orang tidak akan menyangka kalau kudapan tersebut adalah gethuk.

Kegiatan memasak ugahari membutuhkan perencanaan yang matang, Juga perlu didukung sarana dan prasarana yang memadai dan cukup untuk seluruh kelompok. Ketersediaan air bersih dan wastafel untuk mencuci peralatan perlu dipersiapkan. Total waktu yang diperlukan adalah 4 jam pelajaran (4 x 45 menit). Dua jam pelajaran diminggu pertama digunakan untuk pembagian kelompok dan perencanaan memasak. Dua jam pelajaran di minggu kedua digunakan untuk praktik memasak dari yang sudah direncanakan.

Agar lebih bermakna dan mempersiapkan siswa masuk ke dalam globalisasi yang penuh tantangan, kegiatan memasak dibuat dalam bentuk kompetisi. Kelompok terbaik akan mendapatkan hadiah. Tim juri dari bapak/ibu guru pengampu pendidikan karakter atau. dapat dicari dari pihak luar agar lebih obyektif. Kriteria penilaian dibuat sesuai kebutuhan misalnya persyaratan bahan pangan, biaya maksimal untuk bahan tambahan, cita rasa, kreativitas penyajian, inovasi jenis kudapan, kebersihan, dan lain-lain.


Foto-foto kegiatan memasak ugahari saat jam pelajaran Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) kelas XII SMA Tarakanita Gading Serpong pada tanggal Februari 2018 Tahun Pembelajaran 2017/2018:





















































































































































***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar